Matematika dari Bola dan Sarang Telur
Bu Indah Khairina Lubis, guru kelas IV MIN Perdamaian, Stabat, Langkat, punya cara jitu membuat belajar matematika menjadi menyenangkan. Dia menggunakan bola dan sarang telur.
Ibu Rina begitu dia akrab disapa, guru yang kreatif. Dia menggunakan bola dan sarang telur untuk mengajarkan persekutuan dalam matematika. “Saya dapat ide ini dari Ibu Susilawati Tampubolon, fasilitator daerah USAID PRIORITAS,” terangnya.
Ibu Susilawati memintanya untuk merancang media pembelajaran yang memudahkan siswa memahami pelajaran. Dia menyarankan penggunaan bola-bola warna untuk pelajaran matematika. Namun tantangannya, bagaimana mendirikan bola-bola itu? Pasti ribet. “Sempat terpikir untuk mengotakkan bola-bola itu ke dalam wadah berbentuk kubus. Tetapi malah jadi ribet, karena saya harus mempersiapkan kotak kubus lebih banyak lagi. Ini malah merumitkan saya,” tukasnya.
Lantas bagaimana Ibu Rina menemukan media belajar yang tepat? Tukang bakso yang membantunya. Suatu senja, Ibu Rina diajak suami makan bakso di warung dekat rumahnya. Sambil menikmati bakso, matanya tertuju pada bola yang berdiri di atas piringan telur. ”Aha! Ini dia yang namanya, pucuk dicinta ulam tiba,” katanya.
Dia lalu beli beberapa lusin lagi bola-bola berwarna. Bola dua warna: putih-biru atau putih-merah. Ia meminta beberapa lembar kardus (piringan) telur dari pemilik warung. Setibanya di rumah, bola-bola itu dicucuk dan ditancapkannya pada piringanpiringan telur yang terlebih dahulu digunting sesuai ukuran. Sebagai penyangga, antara bola dengan piringan diberi tutup botol. Jadilah bola-bola itu bisa tegak dan berbaris sesuai keinginan.
Penggunaan media ini tidak sukar. Bola terdiri atas dua warna yaitu kuning dan hijau. Setiap bola diberi tulisan detik dan angka. Angka tersebut merupakan bilangan 1 – 20. Siswa akan menggunakan media tersebut sesuai instruksi.
Misalnya siswa diminta memutar bola hijau setiap tiga detik. Maka siswa akan mencari bola hijau dan memutarnya setiap kelipatan tiga. Ketika memutar bola, maka Ibu Rina menggunakan istilah “menyala”. Begitu pula ketika siswa diminta untuk “menyalakan” bola kuning setiap enam detik. Maka siswa akan mencari angka kelipatan enam.
Dengan menggunakan media ini, suatu saat akan ada angka yang bersamaan. Misalnya saat bola kuning dinyalakan setiap tiga detik dan bola hijau setiap enam detik, maka keduanya akan menyala pada angka 6, 12, dan 18. Saat kedua bola menghasilkan angka yang sama, maka Ibu Rina menyebutnya sebagai persekutuan.
Penggunaan bola ini membuat perhitungan kelipatan dan persekutuan dalam matematika menjadi mudah. Selain itu bola-bola itu berwarna sehingga siswa-siswa suka. Permainan yang dirancang sangat memacu siswa untuk belajar.
sumber : USAID PRIORITAS
0 Response to "Matematika dari Bola dan Sarang Telur"
Posting Komentar