Berbagi Inspirasi dengan Mendongeng
@image : suaramerdeka |
Berbekal keahliannya mendongeng, Tedi Kartino (33) mengikuti seleksi Program ”Menyapa Negeriku” untuk mengajar di daerah terluar Indonesia. Ia lolos dengan mengalahkan puluhan ribu pelamar. Kiprahnya membuat lelaki asal Tegal itu dinobatkan sebagai salah satu inspirator terbaik program tersebut.
Tedi Kartino selama ini dikenal sebagai pendongeng. Tak heran, setiap kali dia memasuki kawasan tertentu, apalagi sekolah dasar, dia pasti ditodong oleh anak-anak untuk mendongeng. Sebagai motivator, Ketua Kampung Dongeng Jawa Tengah dan Ketua Trainer Transformer Chapter Jateng- DIY ini juga mengembangkan teori ”do-re-mi” dan self motivation yang menyenangkan bagi anak didik.
Mungkin karena kerap ”bersedekah” dalam berkisah itu, staf Kantor Kearsipan dan Perpustakaan Daerah (Arpusda) Pemkot Tegal itu mendapat kemudahan dari Tuhan saat mengikuti seleksi Sarjana Mengajar di Daerah Terpencil, Terluar, dan Terdepan (SM3T). Dalam tes yang diikuti 47.520 sarjana se-Indonesia itu, hanya 44 orang yang lolos seleksi. Salah satunya Tedi.
Lebih dari itu, dalam evaluasi yang diadakan Kemenristek Dikti, Tedi dinyatakan sebagai Inspirator Terbaik II program ”Menyapa Negeriku” itu. Ada dua peserta dari Jawa Tengah yang mengikuti program itu. Selain Tedi, satu lainnya adalah William, mahasiswa asal Papua yang kuliah di Salatiga.
”Saya ikut tes itu bermodal mendongeng,” ujar Tedi yang merupakan sarjana lulusan Institut Pertanian Bogor. Sejak awal mendaftar, ia sadar bakal mendapat kesulitan di daerah terpencil yang akan disambanginya. Oleh Kemenristek Dikti, dia ditempatkan di Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur. Di daerah yang dikepung perairan itu, Tedi mendapat tugas mengajar di SD 04 Teluk Alulu Muaratua.
Kabupaten Berau disebut daerah terdepan karena berbatasan dengan perairan Filipina. Suami Nella Kristina ini menuturkan, tak mudah menjangkau SD itu. Dia seharusnya mengajar pada 19 November-6 Desember 2015. Namun, secara efektif tugas itu dijalankan hanya dalam beberapa hari. ”Sebab, waktu mengajar terpotong oleh lama perjalanan yang memakan tiga hari,” ucapnya.
Tedi datang ke Berau bersama tim yang terdiri atas Lenny (penulis, blogger traveller), M Iqbal (kartunis/penulis), dan M Afi (fotografer). Mereka didampingi Erni Silitonga (alumnus SM3T 2014) serta Zubaeda dari sebuah LSM. Dia juga didampingi pejabat Kemenristek Dikti M Malvin dan Samto dari Kemdikbud. Masih membekas dalam ingatan Tedi, perjalanan memecah ombak menuju Teluk Alulu, Pulau Maratua, melalui lautan bebas yang berbatasan dengan Filipina.
Perasaannya tak karuan saat perahu yang ditumpanginya bocor menabrak karang, sehingga terombang- ambing ombak. Namun sesampai di daratan, dia trenyuh mendapat sambutan berupa nyanyian penuh semangat dari anak-anak dan murid SD 04 Muaratua. ”Saya menitikkan air mata saat anak-anak menyambut kedatangan kami di SD yang minim akses dan miskin sarana,” tuturnya.
Dapat Inspirasi
Ia menambahkan, dia dan rekan-rekannya mendapat tugas berbagi inspirasi dengan anak-anak itu. Namun yang terjadi sebaliknya, merekalah yang mendapat banyak inspirasi dari bocah-bocah tersebut, terutama dalam hal semangat menerima keadaan yang serbaterbatas. PNS golongan II-C itu mengagumi semangat anak-anak itu. Setiap hari mereka berangkat dan pulang sekolah menerjang ombak dengan perahu.
”Mereka tak menyerah meski tiap hari harus menantang maut,” ujarnya. Menurut warga Jalan Abdi Negara No 22 Kelurahan Pekauman, Kecamatan Tegal Barat itu, listrik di Muaratua baru dipasang sekitar setengah tahun lalu. Pemakaiannya pun dibatasi hanya 800 Kwh per hari.
”Saya kaget, ketika mengisi baterai ponsel, listrik di rumah yang saya tempati tiba-tiba padam,” ujarnya mengisahkan. Agar saat malam hari bisa menyiapkan materi pelajaran, dia harus berhemat menggunakan listrik. Caranya, siang hari listrik di rumah pondokannya itu tak dibiarkan menyala semenit pun.
Di sana, Tedi mengajar sambil mendongeng sehingga menarik perhatian murid dan guru. Bertempat di aula SKB Tanjung Redeb, dia juga berbagi ilmu cara mendongeng dan self motivation kepada sekitar 100 guru dan pengajar pendidikan anak usia dini (PAUD).
Di luar dugaan, Dirjen Sumber Daya Iptek dan Dikti Kemenristek Dikti M Ali Gufron datang dan ikut mengajar, bahkan menyanyikan lagu daerah sambil memetik gitar. ”Alhamdulillah, dari 44 peserta, saya meraih prestasi sebagai Inspirator II,” tutur Tedi yang menjadi pendongeng sejak 2011.
Ia diganjar penghargaan itu karena selain aktif mengajar, materi yang diberikan bermanfaat bagi anak-anak dengan metode yang menarik. Adapun Inspirator I diraih Robinson Sinurat. Menurut Tedi, pengalamannya itu tak akan terlupakan. ”Saya seperti menemukan Indonesia yang lain dari kehidupan yang saya rasakan sehari-hari,” ujarnya.
sumber : suara merdeka
0 Response to "Berbagi Inspirasi dengan Mendongeng"
Posting Komentar