Belajar Kelipatan Perkalian Terkecil dengan Lompat Kaki
@image : USAID Prioritas |
Ibu Siyamsih, guru SDN Sendongan Sumowono melakukan pembelajaran kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dengan menggunakan lompatan kaki. Kegiatan awal yang dilakukan oleh Ibu Siyamsih, yaitu dengan memberikan pemahaman kepada siswa tentang pentingnya pemahaman sebuah kelipatan. Kemudian setelah siswa paham, Ibu Siyam membagi siswa dalam dua kelompok besar.
Selanjutnya dua kelompok tersebut dibawa ke depan kelas. Ternyata Ibu Siyam telah menyiapkan sederetan angka-angka dalam kertas yang ditempel di lantai. Ibu Siyam memberikan angka pada setiap Ubin. Angka tersebut harus dilompati atau dilewati siswa sesuai dengan instruksi dari Ibu Siyam. “Untuk kelompok A melompat pada kelipatan 2 dan kelompok B melompat kelipatan 3. Angka di mana kalian bertemu dan sama, maka kalian harus berhenti,” jelasnya.
Siswa dengan bersegera melakukan instruksi tersebut. Mereka menata masing-masing kelompok dan bergiliran untuk melakukan lompatanlompatan. Setelah satu putaran, dua siswa dalam kelompok berbeda bertemu di angka yang sama mereka bersorak dengan ramai. “Bu-bu, kami ketemu,” kata salah satu kelompok. Ibu Siyam melanjutkan instruksi selanjutnya dengan soal yang berbeda dan mengganti angka kelipatan pada ubin.
Setelah siswa melakukan dalam dua putaran, kemudian siswa dipersilakan masuk. Lalu guru menjelaskan apa yang dilakukan siswa dalam permainan tadi. Siswa terlihat memperhatikan apa yang disampaikan Ibu Siyam dengan penuh tanya.
“Kita tadi telah belajar tentang kelipatan persekutuan terkecil (KPK), yaitu dengan cara melompat. Kenapa bisa demikian?” tanya Ibu Siyam. Melihat siswa-siswanya masih penuh tanya, lalu Ibu Siyam mencontohkan lompatan yang dilakukan dalam kelompok dengan kelipatan 2 dan 3. Siswa yang melompat 2 harus melewati kelipatan 2 yaitu 2, 4, 6, 8, dan seterusnya.
Sedang siswa yang melompat kelipatan 3 harus melompati angka 3, 6, 9, 12 dan seterusnya. “Pada saat bertemu di angka yang sama kalian tadi berhenti. Angka sama di urutan paling awal adalah yang paling kecil, itulah yang disebut KPK,” jelasnya. Penjelasan tersebut disambut oleh siswa-siswa yang manggut-manggut.
Setelah siswa mendengar penjelasan dan dirasa sudah memahami yang disampaikan. Ibu Siyam kemudian membagikan lembar kerja dan siswa mendiskusikan apa yang telah mereka lakukan dan pelajari. Lembar kerja tersebut dikerjakan secara berkelompok.
Setelah selesai mereka mempresentasikan hasil kerja kelompok tersebut kepada kelompok lain. Hasil pekerjaan kelompok tersebut dikumpulkan dan kemudian dilanjutkan dengan mengerjakan tugas individu.
Tampak siswa dengan semangat mengerjakan tugas individu. Ada yang mencoret-coret kertas dan seakan-akan membayangkan lompatan-lompatan yang dilakukan tadi. Setelah menemukan jawaban dia lalu melanjutkan pekerjaannya. “Saya senang belajar dengan cara ini, kalau lupa saya bisa mengingat waktu melompat tadi. Caranya, saya tulis kelipatannya dalam kertas,” terang Aulia, siswa kelas IV.
Selanjutnya dua kelompok tersebut dibawa ke depan kelas. Ternyata Ibu Siyam telah menyiapkan sederetan angka-angka dalam kertas yang ditempel di lantai. Ibu Siyam memberikan angka pada setiap Ubin. Angka tersebut harus dilompati atau dilewati siswa sesuai dengan instruksi dari Ibu Siyam. “Untuk kelompok A melompat pada kelipatan 2 dan kelompok B melompat kelipatan 3. Angka di mana kalian bertemu dan sama, maka kalian harus berhenti,” jelasnya.
Siswa dengan bersegera melakukan instruksi tersebut. Mereka menata masing-masing kelompok dan bergiliran untuk melakukan lompatanlompatan. Setelah satu putaran, dua siswa dalam kelompok berbeda bertemu di angka yang sama mereka bersorak dengan ramai. “Bu-bu, kami ketemu,” kata salah satu kelompok. Ibu Siyam melanjutkan instruksi selanjutnya dengan soal yang berbeda dan mengganti angka kelipatan pada ubin.
Setelah siswa melakukan dalam dua putaran, kemudian siswa dipersilakan masuk. Lalu guru menjelaskan apa yang dilakukan siswa dalam permainan tadi. Siswa terlihat memperhatikan apa yang disampaikan Ibu Siyam dengan penuh tanya.
“Kita tadi telah belajar tentang kelipatan persekutuan terkecil (KPK), yaitu dengan cara melompat. Kenapa bisa demikian?” tanya Ibu Siyam. Melihat siswa-siswanya masih penuh tanya, lalu Ibu Siyam mencontohkan lompatan yang dilakukan dalam kelompok dengan kelipatan 2 dan 3. Siswa yang melompat 2 harus melewati kelipatan 2 yaitu 2, 4, 6, 8, dan seterusnya.
Sedang siswa yang melompat kelipatan 3 harus melompati angka 3, 6, 9, 12 dan seterusnya. “Pada saat bertemu di angka yang sama kalian tadi berhenti. Angka sama di urutan paling awal adalah yang paling kecil, itulah yang disebut KPK,” jelasnya. Penjelasan tersebut disambut oleh siswa-siswa yang manggut-manggut.
Setelah siswa mendengar penjelasan dan dirasa sudah memahami yang disampaikan. Ibu Siyam kemudian membagikan lembar kerja dan siswa mendiskusikan apa yang telah mereka lakukan dan pelajari. Lembar kerja tersebut dikerjakan secara berkelompok.
Setelah selesai mereka mempresentasikan hasil kerja kelompok tersebut kepada kelompok lain. Hasil pekerjaan kelompok tersebut dikumpulkan dan kemudian dilanjutkan dengan mengerjakan tugas individu.
Tampak siswa dengan semangat mengerjakan tugas individu. Ada yang mencoret-coret kertas dan seakan-akan membayangkan lompatan-lompatan yang dilakukan tadi. Setelah menemukan jawaban dia lalu melanjutkan pekerjaannya. “Saya senang belajar dengan cara ini, kalau lupa saya bisa mengingat waktu melompat tadi. Caranya, saya tulis kelipatannya dalam kertas,” terang Aulia, siswa kelas IV.
sumber : USAID PRIORITAS
0 Response to "Belajar Kelipatan Perkalian Terkecil dengan Lompat Kaki"
Posting Komentar