Studi Banding ke Taman Baca Masyarakat Tunas Ilmu

silaturrahmi ke Taman Baca Masyarakat Tunas Ilmu 

Studi banding. Yah, studi banding, biar lebih kekinian dan tampak lebih keren, untuk menggambarkan kunjungan pengelola Taman Baca Kampoeng Pasinaon ke TBM Tunas Ilmu. 

Tapi, jangan terpengaruh dengan kata-kata itu itu kawan, lebih tepatnya kami silaturrahmi dan berdiskusi mengenai taman baca dan berbagai hal berkaitan budaya membaca.

Dalam studi banding, eh silaturrahmi kami ke TBM Tunas Ilmu, ada banyak ilmu dan wawasan yang kami serap dan bisa diaplikasikan di kemudian hari pada Taman Baca Kampoeng Pasinaon, yang memang saat ini masih terbilang kecil.

Rahasia mengenai pengelolaan taman baca memang belum semunya dikeluarkan sang empunya, tapi, beragam hal yang sudah dibeberkan cukup tokcer sebagai penambah amunisi untuk meningkatkan minat baca di Kampoeng Pasinaon.

Setidaknya, ada beberapa poin penting yang perlu kami sampaikan dari hasil silaturrahmi ke TBM Tunas Ilmu.

Pertama, tentunya niat yang tulus untuk memulai mendirikan taman baca. Kerja keras, untuk meningkatkan minat baca masyarakat, khususnya anak-anak, juga tak boleh padam ketika sudah memiliki taman baca.

“Ada beragam strategi sebenarnya, namun, itu bisa menyesuaikan kondisi lingkungan sekitar. Kalau di sini, kami memberikan les gratis untuk beberapa hari tertentu. Sejauh ini memang masih saya yang memberikan les, karena memang belum ada relawan lain yang ikut membantu. Mudah-mudahan, ke depannya ada ikut berpartisipasi,” kata Ninik Lestari, Ketua TBM Tunas Ilmu.

Dengan cara seperti itu, katanya, secara perlahan anak-anak di lingkungan sekitar berminat untuk mengunjungi taman baca, dan bukan sekadar berkunjung, tapi mulai membiasakan untuk membaca.

Wi fi, katanya, juga menjadi daya tarik tersendiri bagi penunjung. Dalam hal ini, pihaknya menerapkan aturan, sebelum memanfaatkan wi fi di tempat tersebut, anak-anak minimal 15 menit harus membaca buku yang disediakan di situ.


Kemudian, di tempat tersebut juga disediakan fasilitas kertas menggambar dan crayon untuk anak-anak mewarnai.

Itu, hanya sekilas dan hanya beberapa tips yang kami peroleh dari silaturrahmi kali ini. Semoga, kita yang sudah punya atau mau mendirikan taman baca semakin terinspirasi untuk ikut berpartisipasi dalam membudayakan literasi.

Namun, bukan berarti, tidak memiliki taman baca tak bisa untuk ikut menggalakkan budaya literasi, tapi, bisa lebih dari itu. Tentunya, dengan cara yang sahabat bisa lakukan. Salah satunya, melalui uluran tangan sahabat-sahabat semua. Buku-buku bacaan, tak perlu baru, buku bacaan bekas yang layak tentunya bisa memberi semangat baru dalam menumbuhkan minat baca masyarakat.

Terima kasih

Subscribe to receive free email updates: