Matematika Itu Tak Sekadar Urusan Berhitung
Dilihat sekilas, Ruslan Yusuf tampak biasa saja. Ia hanya memakai kaus dan celana santai. Namun, di balik penampilannya yang bersahaja, Ulcok, panggilan akrabnya, menyimpan sebuah kekuatan istimewa.
Dia bukan tokoh superhero sekelas Superman atau Batman. Ulcok hanya seorang "kalkulator berjalan". Ia mampu mengerjakan soal berhitung apa pun tanpa bantuan alat dan berhasil menjawab dengan tepat.
Sehari-hari Ulcok mampir dari satu kantor ke warung kopi untuk menawarkan jasa berhitung. Ia melakukan itu tanpa menyerah demi perekonomian keluarga.
Boleh jadi, untuk Ulcok, matematika bukanlah pelajaran mengerikan. Karena terbukti, hal itu justru mampu membantu dan menopang kehidupannya.
Dekat dalam kehidupan
Pengalaman Ulcok mungkin sedikit berbeda dari sebagian besar siswa di sekolah pada umumnya. Dilansir oleh Kompas.com, sebuah studi di Amerika Serikat menyebutkan bahwa 17-30 persen anak usia sekolah dasar dan menengah negara punya ketakutan tersendiri terhadap matematika.
Beberapa siswa juga merasa cemas menghadapi pelajaran ini di sekolah. Ada citra tersendiri di mana matematika seolah menjadi studi yang paling disegani. Padahal, ilmu ini sebenarnya dekat dan berguna dalam kehidupan manusia.
Tokoh sains dan matematika Indonesia, Yohannes Surya, pernah mengatakan bahwa matematika berperan membantu perkembangan logika pada anak serta ketangkasan menyelesaikan masalah.
Contoh lain terlihat dari penemuan Ruddy Kurnia, salah satu mahasiswa S-3 di University of Twente, Belanda. Ia berhasil menemukan perangkat lunak pengukur perilaku ombak yang disebut Hawassi.
Alat tersebut mengadopsi model perhitungan matematis dari energi kinetik ombak untuk mengetahui perilakunya pada kedalaman laut tertentu. Berkat Hawassi, pembuatan pelabuhan misalnya, tak lagi memerlukan eksperimen lama karena beberapa faktor, seperti putaran ombak atau kedalaman air, dapat diketahui dalam hitungan menit.
Jangan kaku
Sebenarnya, matematika dan ilmu sains lainnya akan lebih mudah dipelajari jika Anda tidak sungkan mengaplikasikannya pada kehidupan sehari-hari. Kuncinya hanyalah kemauan untuk mempelajari.
Ambil contoh pembelajaran yang diterapkan di University of Twente, Belanda. Kampus ini memberikan kesempatan bagi pelajar untuk melintas batas akademik dengan memadukan ilmu teknologi dan sosial.
University of Twente menjadikan kampusnya sebagai tempat eksplorasi. Siswa bebas berdiskusi secara informal dan terbuka mengenai bidang studi bersama para pengajar. Lingkungan universitas yang memiliki pemandangan taman dan museum arsitektur terbuka juga ditargetkan mampu membangun suasana belajar yang kondusif.
Keterbatasan bahasa pun tak jadi masalah besar di universitas ini. Meski letaknya di Belanda, ada 12 program studi yang diajarkan dalam bahasa Inggris tahun ini. Pelajar dapat memilih program studi di berbagai bidang, antara lain teknik dan ilmu pengetahuan alam hingga ilmu perilaku dan manajemen.
Adapun bagi mahasiswa Indonesia, University of Twente menawarkan beasiswa melalui program University of Twente Scholarship (UTS) dan Orange Tulip Scholarship (OTS). Pembiayaan terbuka untuk program sarjana, master, doktor, dan bahkan short course.
Informasi lebih lanjut mengenai beasiswa dan univesitas dapat Anda temukan di https://www.utwente.nl/en/education/scholarship-finder. Lebih jauh mengenai pendidikan tinggi di Belanda Anda dapatkan melalui situs Nuffic Neso Indonesia di http://www.nesoindonesia.or.id/.
sumber : kompas.com