Maafkan Kami yang Mati Suri

Entah sudah berapa lama kami ada untuk mencoba menjadi bagian dari elemen masyarakat, dengan cara kami. Kami berupaya hadir dengan cara yang kami pandang belum ada di lingkungan tempat kami berada. Harapannya tak muluk -muluk, keberadaan kami bisa bermanfaat bagi masyarakat.

Kami hadir dengan konsep taman baca. Ah...mungkin terlalu mentereng jika disebut taman baca, karena memang hanya beberapa tumpukan buku di rak, yang diletakkan di sebuah ruangan kecil di teras rumah. Tapi untuk memudahkan penyebutan, kami pede dengan identitas taman baca. Sekali lagi, ini untuk memudahkan penyebutan.



Dengan semangat literasi, kami mencoba mengisi ruang pengetahuan masyarakat. Dengan semangat mewarnai wawasan dan khazanah, kami mencoba ada. Dengan semangat membangun mental intelektual, kami mencoba untuk berdiri di tengah sudut kampung kecil. Kami mencoba ada untuk mencapai kebersamaan menumbangkan mental kerapuhan.

Namun demikian, semangat saja ternyata mampu untuk mewujudkan apa yang menjadi harapan. Ada saja, ternyata juga tak mampu membuat apa yang sudah dicitakan begitu saja menjadi nyata. Sebab, ternyata bukan sekadar ada dan bukan sekadar semangat, tapi butuh proses berliku untuk mencapai harapan. Karena itulah yang Kampoeng Pasinaon alami. Keberadaan kami masih sebatas ada saja, belum mampu memberikan apa kepada masyarakat.

Pengelolaan yang masih sangat terbata-bata, membuat taman baca ini tak berjalan maksimal. Minimnya waktu bagi pengelola di tempat karena  untuk sebuah pekerjaan pokok lain, memaksa taman baca ini sering "teracuhkan". Meskipun setiap hari taman baca selalu dibuka dan terbuka bagi siapa saja, namun hal itu tak cukup untuk membuat anak-anak ataupun orang dewasa datang untuk sekadar melihat gambar yang menjadi sampul buku atau majalah yang tersedia.

Untuk itu, pengelola menyampaikan permohonan maaf kepada sahabat, sedulur, relawan yang telah menyisihkan bukunya untuk tujuan yang sangat mulia, untuk ikut berpartisipasi membangun semangat literasi di sebuah kampung kecil. Karena hingga saat ini, ternyata pengelola belum bisa memaksimalkan buku dari teman-teman.

Oh ya, niat awal dari pengelola yang "terlalu mengada-ada", taman baca ini harapannya nantinya bukan sekadar menjadi sebuah taman baca saja, tetapi juga menjadi pusat pembelajaran bagi remaja, bagi ibu-ibu untuk pengembangan ekonomi kreatif.

Meski itu terlihat cukup "keren", sekali lagi itu bukan hal mudah bagi pengelola.

Untuk itu, masukan dan saran kami harapkan dari temen-temen, sahabat dan siapapun Kamu.

Dan akhirnya, atas nama pengelola dari sebuah kampung kecil, kami sampaikan Salam Literasi.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Maafkan Kami yang Mati Suri"

Posting Komentar